Minggu, 14 Oktober 2018

SIPI Delvia Vamela 55518110028 ( Dosen Pengampu : Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA)

Pengendalian internal, Unsur-Unsur Pengendalian Internal COSO


Implementasi pada PT. Unilever Indonesia, Tbk

 



Dosen Pengampu : Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA

Dibuah Oleh :
Delvia Vamela
55518110028


MAGISTER AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA (S2)
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2018




A.   COSO dan Pengendalian Intern
            Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission, atau disingkat COSO, adalah suatu inisiatif dari sektor swasta yang dibentuk pada tahun 1985. Tujuan utamanya adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan penggelapan laporan keuangan dan membuat rekomendasi untuk mengurangi kejadian tersebut. COSO telah menyusun suatu definisi umum untuk pengendalian, standar, dan kriteria internal yang dapat digunakan perusahaan untuk menilai sistem pengendalian mereka.

     COSO disponsori dan didanai oleh 5 asosiasi dan lembaga profesional; American Institute of Certified Public Accountans (AICPA), American Accounting Association (AAA)Financial Excecutives of Management Accountants (FEI)The Institue of Internal Auditors (IIA) dan The Institute of Management Accountants (IMA). Koalisi ini didirikan untuk menyatukan pandangan dalam komunitas bisnis berkaitan dengan isu-isu pelaporan keuangan yang mengandung fraud.

     Pada tahun 1992, COSO menyusun dan menerbitkan internal control integrated frameworkyang berisi rumusan definisi pengendalian intern, pedoman penilaian, serta perbaikan terhadap sistem pengendalian intern, yang penggunaannya mencakup penentuan tujuan pengendalian pelaporan keuangan dan proses kontrol operasional dalam konteks organisasional, sehingga perbaikan dan kontrol dapat dilakukan secara menyeluruh. Struktur pengendalian intern menurut COSO mencakup aktivitas pengendalian terkait pengendalian dengan pemrosesan informasi yaitu pengendalian umum dan pengendalian aplikasi..

     Pada tahun 2004, COSO mengembangkan internal control integrated framework dengan menambahkan cakupan tentang manajemen dan strategi risiko yang selanjutnya dikenal dengan pendekatan interprise risk management (ERM). Menurut kerangka tersebut, pengendalian intern merupakan bagian integral dari manajemen risiko. Secara garis besar, COSO menghadirkan suatu kerangka kerja yang integral terkait dengan definisi pengendalian intern, komponen-komponennya dan kriteria pengendalian intern yang dapat dievaluasi.

B.   Pengertian Pengendalian Intern
            Menurut Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO) yang dikutip oleh William, C. Boynton, Raymond N.J, Walter G alih bahasa oleh Paul A. (2003) mendefinisikan pengendalian intern sebagai berikut :
Pengendalian intern adalah suatu proses yang dilaksanakan oleh dewan direksi, manajemen, dan personel lainnya dalam suatu entitas, yang dirancang untuk menyediakan keyakinan yang memadai berkenaan dengan pencapaian tujuan dalam kategori berikut :
1. Keandalan pelaporan keuangan
2. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
3. Efektivitas dan efisiensi operasi

C.   Kekurangan dan Kelebihan Pengendalian Internal :
            Terlepas dari bagaimana bagusnya desain dan operasinya, pengendalian internal hanya dapat memberikan keyakinan memadai bagi manajemen dan dewan komisaris berkaitan dengan pencapaian tujuan pengendalian internal entitas. Kemungkinan pencapaian tersebut dipengaruhi oleh keterbatasan bawaan yang melekat dalam pengendalian internal. Hal ini mencakup bahwa pertimbangan manusia dalam pengambilan keputusan dapat salah dan bahwa pengendalian internal dapat rusak karena kegagalan yang bersifat manusiawi, seperti kekeliruan atau kesalahan yang sifatnya sederhana. Di samping itu pengendalian dapat tidak efektif karena adanya kolusi di antara dua orang atau lebih atau manajemen mengesampingkan pengendalian intenal.
Oleh karena itu, semua orang dalam organisasi yaitu Manajemen, Dewan direksi, Komite Audit, dan personel lainnya bertanggung jawab terhadap pengendalian internal, karena semua orang dalam organisasi memiliki peran dalam pengendalian iternal, sehingga pengendalian internal tidak dapat berjalan dengan baik apabila salah satu anggota yang tidak menjalankan perannya dalam pengendalian internal.
    



D.   Model Pengendalian Internal lainnya :
            Seperti juga COSO, model COSIdapat diaplikasikan pada betuk organisasi apapun, pada setiap level tingkatan yang dapat memungkinkan adanya respon secara umum atas pengendalian menyeluruh. Kriteia yang digunakan dalam COSO adalah sebagai berikut :
1.Tujuan
a.    Tujuan harus dinyatakan dan dikonunikasikan kepada seluruh stakeholder.
b.    Risiko signifikan baik dari dalam maupun luar organisasi yang terkait dengan pencapaian tujuan harus diidentifikasikan dan dinilai.
c.    Kebijakan yang didesain untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi dan pengelolaan resiko harus dibuat, dikomunikasikan, dan dipraktekkan sehingga pegawai mengerti apa yang diharapkan dan kebebasan yang diperlukan untuk bertindak.
d.    Perencanaan untuk menuntun pencapaian tujuan organisasi harus disusun dan dikomunikasikan.
e.    Tujuan dan perencanaan terkait harus mencantmkan target dan indikator kinerja.
2. Komitmen
a.    Nilai-nilai etika termasuk integritas harus dibuat secara formal, dikomunikasikan kepada seluruh stakeholder dalam organisasi.
b.    Kebijakan dan praktek manajemen SDM harus konsisten dengan etika dan nilai-nilai dan pencapaian tujuan.
c.    Wewenang, tanggung jawab dan akuntabilitas harus secara jelas didefinisikan dan konsisten dengan tujuan organisasi sehingga keputusan-keputusan dan pelaku-pelaku diperagakan dengan benar oleh pegawai.
d.    Atmosfer kepercayaan yang tinggi harus dipelihara dan didukung oleh informasi yang mengalir antara pegawai dan kinerja mereka dalam mendukung pencapaian tujuan organisasi.


3. Kemampuan
a    pegawai harus memiliki pengetahuan, keahlian dan peralatan yang cukup untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi.
    Proses komunikasi harus mendukung nilai dan pencapaian organisasi atas tujuan yang telah ditetapkan. 
Informasi yang cukup dan relevan harus diidentifikasi dan dikomunikasikan pada saat yang tepat sehingga pegawai dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
d.    Tujuan dan aktivitas dari bagian yang berbeda dalam suatu organisasi harus dikoordinasikan.
e.    Aktivitas pengendalian harus didesain sebagai kesatuan yang menyeluruh dari suatu organisasi dengan mempertimbangkan tujuan, risiko, dan hubungan terkait antar komponen pengendalian.
4. Pengawasan dan Pembelajaran
a.   Lingkungan internal dan eksternal harus dimonitor untuk memperolah informasi sehingga tujuan dan pengendalian organisasi tetap mutakhir
b.   Kinerja harus dimonitor dibandingkan dengan target dan indikator yang telah ditetapkan.
c.   Asumsi yang digunakan dalam penentuan tujuan dan sistem harus secara periodik dikaji ulang.
d.   Informasi yang dibutuhkan harus dikaji terus menerus dengan adanya perubahan tujuan atau adanya pelaporan  yang menunjukan penyimpangan.
e.   Prosedur tingkat lanjut harus disusun dan dilakukan untuk menjamin bahwa perubahan dan kegiatan yang tepat dilakukan.
f.    Manajemen secara periodik menilai efektifitas pengendalian dan kemudian mengomunikasikan hasilnya kepada yang berwenang.

  5 Komponen Sistem Pengendalian Internal Menurut COSO
Menurut commitee of sponsoring organization (COSO) pengertian  pengendalian internal dalam buku Sistem Informasi Akuntansi (Romney:230)
adalah :
Suatu proses yang diimplementasikan oleh dewan komisaris, pihak manajemen, dan mereka yang berada dibawah arahan keduanya, untuk  memberikan jaminan yang wajar bahwa tujuan pengendalian dicapai  dengan pertimbangan hal-hal sebagai berikut :
1) efektivitas dan efisiensi operasional organisasi,
2) keandalan pelaporan keuangan,
3) kesesuaian dengan hukum dan peraturan yang berlaku.

Pengendalian internal terdiri dari 5 (lima) komponen yang saling berhubungan. Komponen ini didapat dari cara manajemen menjalankan bisnisnya, dan terintegrasi dengan proses manajemen. Walaupun komponen-komponen tersebut dapat diterapkan kepada semua entitas, perusahaan yang kecil dan menengah dapat menerapkannya berbeda dengan perusahaan besar. Dalam hal ini pengendalian dapat tidak terlalu formal dan tidak terlalu terstruktur, namun pengendalian internal tetap dapat berjalan dengan efektif.

Adapun 5 (lima) komponen Pengendalian internal tersebut adalah :
1.Control Environment ( Lingkungan pengendalian)
Lingkungan pengendalian memberikan nada pada suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian dari para anggotanya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar bagi komponen Pengendalian Internal lainnya, memberikan disiplin dan struktur. Faktor lingkungan pengendalian termasuk :
1.      Integritas, nilai etika dan kemampuan orang-orang dalam entitas;
2.      Filosofi manajemen dan Gaya Operasi;
3.      Cara Manajemen untuk menentukan wewenang dan tanggung jawab, mengorganisasikan dan mengembangkan orang-orangnya; dan
4.      Kebijakan dan praktek sumber daya manusia
5.      Perhatian dan arahan yang diberikan dewan direksi.

2.Risk Assesment (penilaian risiko)
Seluruh entitas menghadapi berbagai macam resiko dari luar dan dalam yang harus ditaksir. Prasyarat dari Risk Assessment adalah penegakan tujuan, yang terhubung antara tingkatan yang berbeda, dan konsisten secara internal. Risk Assessment adalah proses mengidentifikasi dan menganalisis resiko-resiko yang relevan dalam pencapaian tujuan, membentuk sebuah basis untuk menentukan bagaimana resiko dapat diatur. Karena kondisi ekonomi, industri, regulasi, dan operasi selalu berubah, maka diperlukan mekanisme untuk mengidentifikasi dan menghadapi resiko-resiko spesial terkait dengan perubahan tersebut.

3. Aktivitas Pengendalian (Control Activitis)
Aktivitas pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan bahwa perintah manajemen telah dilaksanakan. Aktivitas pengendalian membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan berkenaan dengan risiko telah diambil untuk pencapaian tujuan entitas. Aktivitas pengendalian memiliki berbagai tujuan dan diaplikasikan pada berbagai tingkatan organisasi dan fungsional. Aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit laporan keuangan dapat dikategorikan dalam berbagai cara, salah satunya adalah sebagai berikut :
a)    Pemisahan tugas Pemisahan tugas melibatkan pemastian bahwa individu tidak melakukan tugas yang tidak seimbang.
b)    Pengendalian pemrosesan informasi Pegendalian pemrosesan informasi mengacu pada risiko yang  berhubungan dengan otorisasi, kelengkapan, dan akurasi transaksi.
c)    Pengendalian fisik Pengendalian fisik menaruh perhatian terhadap dua jenis akses ke aktiva dan catatan yang penting berikut :
- Akses fisik langsung
- Akses fisik tidak langsung melalui persiapan atau pemrosesan dokumen seperti pesanan, penjualan dan pengeluaran nota yang mengotorisasi penggunaan atau disposisi aktiva.
d)    Review kinerja
Review kinerja meliputi review dan analisis manajemen terhadap :
 - Laporan yang mengakibatkan secara terinci dari saldo akun seperti akun neraca saldo, laporan pengeluaran kas berdasarkan pelanggan, atau laporan aktivitas penjualan, dsb.
- Kinerja akrual dibandingkan dengan anggaran, peramalan, atau jumlah periode sebelumnya.
- Hubungan dari rangkaian data yang berbeda seperti data operasi non keuangan dan data keuangan.
Aktivitas pengendalian dapat dikelompokan menjadi 2 kategori yaitu :
1)    IT Controls
            IT controls berkaitan dengan pengendalian menggunakan teknologi komputer.
IT controls dibagi menjadi 2 tipe yaitu :
·         Pegendalian Umum (General Controls)
Tujuan dari pengendalian umum adalah untuk mengendalikan pengembangan program, perubahan program, operasi komputer, dan untuk mengamankan akses terhadap data dan program.
·         Pengendalian Aplikasi (Application Controls)
Pengendalian aplikasi didesain untuk memastikan kelengkapan dan akurasi pemrosesan transaksi, otorisasi, dan validasi. Dalam banyak kasus, pengecekan komputer dapat mencegah terjadinya kesalahan dan mendeteksi serta mengkoreksi kesalahan.

Tiga kelompok pengendalian aplikasi yang dikenal secara luas :
·         Pengendalian masukan Pengendalian masukan mempunyai tugas untuk meyakinkan bahwa data transaksi yang valid telah lengkap, terkumpul semuanya serta bebas dari kesalahan sebelum dilakukan proses pengolahan.
·         Pengendalian pemrosesan Tujuan dari pengendalian pengolahan ini adalah ntuk mencegah kesalahan-kesalahan yang terjadi selama proses pengolahan data yang dilakukan setelah data dimasukan ke komputer.
·         Pengendalian keluaran Keluaran yang dihasilkan oleh sistem informasi harus lengkap, terpercaya dan di sampaikan kepada pemakai yang berkepentingan.
Pengendalian-pengendalian tersebut dirancang untuk menyediakan keyakinan yang memadai bahwa pencatatan, pemrosesan, dan pelaporan data oleh teknologi informasi secara tepat dilaksanakan untuk aplikasi tertentu.



2)    Pengendalian fisik (Physical Controls)
6 tipe pengendalian secara fisik yaitu :
a. Otorisasi transaksi
Otorisasi transaksi digunakan untuk meyakinkan bahwa karyawan hanya mengeluarkan transaksi yang memang sudah diotorisasi.

b. Pembagian tugas
Dalam pengendalian internal, pengendalian fisik dapat dilakukan secara manual, yaitu dengan pembagian tanggung jawab pelaksanaan suatu transaksi ke tangan beberapa orang atau departemen.Atau dapat juga dilakukan dalam sistem komputer.

c. Supervisi Pengendalian penyeimbang dari ketidakberadaan pengendalian pemisahan pada operasi perusahaan kecil atau dalam berbagai area fungsional yang kekurangan personel.

d. Pencatatan akuntansi Perusahaan terdiri dari berbagai dokumen sumber, jurnal, dan buku besar yang menagkap esensi ekonomi dari berbagai transaksi dan menyediakan jejak audit berbagai peristiwa ekonomi.

e. Akses kontrol
Akses kontrol membantu untuk mengamankan aset dengan membatasi akses ke aset tersebut. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa hanya personel yang sah saja yang memiliki akses ke aktivitas perusahaan.
f. Independent Verification  Melalui prosedur verifikasi independen, pihak manajemen dapat mengakses :
- Kinerja individu
- Integritas sistem pemrosesan transaksi
- Kebenaran data yang terdapat dalam catatan akuntansi

4. Information and Communication (informasi dan komunikasi)
Informasi yang bersangkutan harus diidentifikasi, tergambar dan terkomunikasi dalam sebuah form dan timeframe yang memungkinkan orang-orang menjalankan tanggung jawabnya. Sistem informasi menghasilkan laporan, yang berisi informasi operasional, finansial, dan terpenuhinya keperluan sistem, yang membuatnya mungkin untuk menjalankan dan mengendalikan bisnis. Informasi dan Komunikasi tidak hanya menghadapi data-data yang dihasilkan internal, tetapi juga kejadian eksternal, kegiatan dan kondisi yang diperlukan untuk memberikan informasi dalam rangka pembuatan keputusan bisnis dan laporan eksternal. Komunikasi yang efektif juga harus terjadi dalam hal yang lebih luas, mengalir ke bawah, ke samping dan ke atas organisasi. Seluruh personel harus menerima dengan jelas pesan dari manajemen teratas bahwa pengendalian tanggung jawab diambil dengan serius. Para personel harus mengerti peran mereka dalam sistem pengendalian internal, sebagaimana mereka mengerti bahwa kegiatan individu mereka berhubungan dengan pekerjaan orang lain. Mereka harus memiliki niat untuk mengkomunikasikan informasi yang signifikan kepada atasannya. Selain itu juga dibutuhkan komunikasi efektif dengan pihak eksternal, seperti customer, supplier, regulator, dan Pemegang Saham.



5.Monitoring (pemantauan)
Sistem pengendalian internal perlu diawasi, sebuah proses untuk menentukan kualitas performa sistem dari waktu ke waktu. Proses ini terselesaikan melalui kegiatan pengawasan yang berkesinambungan, evaluasi yang terpisah atau kombinasi dari keduanya. Kegiatan ini termasuk manajemen dan supervisi yang reguler, dan kegiatan lainnya yang dilakukan personel dalam menjalankan tugasnya. Luas dan frekuensi evaluasi terpisah, akan tergantung pada terutama penaksiran resiko dan efektifnya prosedur monitoring yang sedang berlangsung. Ketergantungan sistem pengendalian harus dilaporkan kepada atasan, dengan masalah yang serius juga dilaporkan kepada manajemen teratas dan dewan direksi.

IMPLEMENTASI PADA PT. UNILEVER INDONESIA, TBK

Sistem Pengendalian Internal Atas Pelaporan Keuangan Dan Keselarasannya Dengan Kerangka Kerja Coso
Perseroan menerapkan kerangka kerja Zero Based Control (ZBC), yang menjadi landasan bagi kegiatan pengendalian. ZBC adalah kerangka kerja pengendalian global terpadu yang tunduk pada penilaian SOX tahunan yang dilakukan oleh pihak independen. Dengan menggunakan kerangka kerja ZBC, Perseroan telah secara signifikan meningkatkan kedisiplinan dan keamanan pada sistem dengan menyederhanakan dan mengotomatisasi control dan pelaporan, mengurangi kontrol manual dan membantu memastikan terciptanya transaksi yang berkualitas tinggi mulai dari sumbernya. Oleh karena itu, kami yakin bahwa pengendalian internal
Unilever Indonesia sepenuhnya selaras dengan Kerangka Kerja Internal Kontrol-Terpadu yang dikembangkan oleh COSO, dan telah menggabungkan 17 prinsip kerangka kerja COSO. Selain itu, Auditor Eksternal yang mengaudit laporan keuangan Perseroan untuk tahun 2017 telah memberikan laporan pengesahan tentang keakuratan penilaian Manajemen terhadap struktur pengendalian internal

Implementasi Sistem Pengendalian Internal Pada PT. Unilever Indonesia, Tbk Atas Aktivitas Operasional
Dengan dipandu oleh temuan proses dari peninjauan dua lapis ini, unilever terus membangun kerangka kerja pengendalian internal secara menyeluruh yang lebih komprehensif dan kuat serta terpadu di seluruh lini Perseroan. Kerangka kerja ini mencakup lima proses  kunci: Procure to Pay (P2P), Order to Cash (O2C), Make to Deliver (M2D), Record to Report (R2R) and Master Data (MD). Pada tahun 2017,
Unilever Indonesia berfokus pada evaluasi efektivitas pengendalian dalam Order to Cash (O2C), Make to Deliver (M2D), kontrol akses dan Data Master (MD), yang mencakup proses manufaktur dan logistik. Di M2D, unilever terus mengevaluasi bidang logistik mengenai pengiriman barang jadi. Ruang lingkup evaluasi tersebut mencakup semua fasilitas, transporter dan lokasi gudang. Proyek kerangka kerja pengendalian tersebut tidak hanya meninjau dan mendesain ulang faktor pengendalian dasar (seperti ketersediaan SOP, pemisahan tugas, pengaturan otoritas, dan sebagainya), tetapi juga bertujuan untuk menyederhanakan dan menstandarisasi desain pengendalian di berbagai lokasi serta proses Jaminan Pengendalian. Jaminan Pengendalian adalah tinjauan terhadap kontrol/mekanisme pemantauan yang dirancang untuk memastikan telah adanya pelaksanaan pengendalian yang tepat, yaitu bahwa aktivitas pengendalian sedang ditinjau dan dipantau
melalui berbagai lapisan organisasi, dari tingkat pengawasan hingga tingkat manajerial dan manajemen senior. Selain itu, kami mengambil langkah-langkah untuk memperkuat proses Manajemen Risiko dan Audit Internal dengan mendefinisikan kembali peran dan tanggung jawab serta menyelaraskan proses-proses utama kami dengan standar global terutama untuk Procure-to-Pay dan Order-to-Cash.

Daftar Pustaka

Hall, A. James. 2013. Accounting Information System. 7th Edition. English

http://thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00491-AK%20Bab2001.pdf

http://spi-blu.uinjkt.ac.id/?p=282 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar